kainlurik, lurik, dibyolurik, kainlurik yogyakarta, kainlurik jogja, lurik yogyakarta, lurik jogja, dibyo lurik, dibyolurik yogyakarta, kain lurik, kain-lurik, kain-lurik.com

Pengrajin tenun menjalani kehidupannya tak lepas dari alam. Mereka mencoba memberikan keselarasan dengan alam. Tinggal di desa, bertani, dan menenun adalah keseharian di antara mereka. Beberapa motif tenun pun kemudian terlahir tak lepas dari alam ini, baik dengan mengambil dari hasil alam, maupun juga keadaan alam. Ada beberapa motif terlahir dengan mengambil dari hasil alam, diantaranya motif kecipir, daun sirih, mbang bayem, mbang gedhang, ada juga yang mengambil dari keadaan alam seperti udan liris, kluwung (pelangi), dan lain-lain.

Berbicara motif adalah berbicara pula tentang pengharapan. Di mana para pengrajin tenun ini mempunyai doa-doa pengharapan yang dituangkan dalam sebuah motif tenun lurik. Udan liris salah satunya. Sebuah doa pengharapan akan datangnya kesuburan dan kemakmuran. Datangnya musim penghujan di tahun ini adalah juga merupakan bagian dari pengharapan mereka akan disertai datangnya kemakmuran dan rejeki. Di awal musim ini mereka memulai menanam padi karena memang sebagian diantaranya adalah petani. Tidak mudah memang, karena kadang dalam proses tanam disertai banjir pada sawah mereka yang akhirnya terdampak pada gagal panen. Menenun adalah salah satu jalan pengharapan dari mereka di luar sektor pertanian.

lurik, kainlurik, lurik yogyakarta, kainlurik yogyakarta, dibyo lurik, lurik dibyo, kain-lurik.comUdan liris, iya adalah sebuah harapan mereka. Dimulai dengan mencelup benang. Di musim penghujan ini proses mencelup benang sedikit memakan waktu, karena memang tidak setiap hari mereka mendapati panas matahari. Beberapa hari mereka menunggu untuk mendapati benang benar-benar dalam keadaan kering, karena memang dibutuhkan benang yang dalam keadaan kering untuk bisa dipintal. Semangat mereka dalam memintal benang karena memang terselip harapan di antara mereka bahwa kain tenun yang mereka ciptakan akan mampu menjadi jalan sumber penghasilan mereka.

Tahapan demi tahapan dalam proses pembuatan kain tenun lurik tradisional mereka lalui dengan kesabaran. Mengolah benang menjadi kain memang dibutuhkan kesabaran. Keadaan emosional seseorang sangatlah berpengaruh pada hasil tenun yang mereka ciptakan. Ketika mereka menenun dengan hati yang senang, sabar, tekun, akan berbuah pada hasil tenun yang bagus. Pembeli tentunya akan memilih selain motif juga kualitas tenunan yang bagus pula. Menenun di musim penghujan tidak semudah menenun ketika musim panas. Di musim penghujan udara dalam keadaan yang lebih lembab, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelitian yang lebih karena dalam keadaan ini benang menjadi lembab dan lengket sehingga lebih susah untuk di tenun. Sebagian di antara mereka memang menenun di teras rumah karena memang mereka tidak punya tempat lain. Jika hujan disertai angin, tentunya air hujan juga akan membasahi benang yang mereka tenun. Keadaan demi keadaan ini mereka lalui dengan penuh kesabaran karena mereka mempunyai pengharapan akan kain tenun yang mereka ciptakan ini akan menjadi jalan untuk mendatangkan rejeki bagi keluarga mereka.

Setelah proses tenun selesai tiba saat mereka menjual hasil tenun mereka di pasar. Sebuah pengharapan besar dari jerih payah yang mereka jalani dari hari ke hari dengan penuh kesabaran bahwa tenun ini akan laku di pasaran setelah sebelumnya mereka mengalami kegagalan dari sektor pertanian. Iya, tentunya manusia boleh berharap, dan doa adalah sebuah keharusan, namun Tuhan yang menentukan. Di tahun ini, Tuhan berkehendak lain. Adanya wabah yang sedang melanda dunia yakni wabah virus corona berdampak pula bagi mereka. Berbagai sektor memang terdampak, tak luput di antaranya yakni sektor pariwisata. Tenun sebagai pelaku pelestari tradisi memang berjalan beriringan dengan sektor pariwisata. Ketika pariwisata lesu, tidak ada wisatawan yang datang, tentunya mereka juga kehilangan pembeli. Pemerintah memang sedang menganjurkan agar orang-orang untuk tetap tinggal di rumah untuk menahan laju penyebaran virus ini. Semua harus mematuhi untuk kepentingan bersama, untuk kebaikan bersama pula.

Dengan adanya keadaan ini, beberapa diantaranya dengan didampingi para pemuda, para pengrajin tenun kemudian gencar melakukan promosi melalui media online. Beberapa cara dilakukan agar tenun ini tetap laku, agar mereka mendapatkan uang, mendapatkan pengasilan untuk menyambung kehidupan. Tidak selamanya usaha juga berbuah penghasilan. Penjualan melalui media online pun juga sepi peminat karena memang minat beli masyarakat yang sedang lesu. Perhatian orang-orang semua nampaknya sedang tertuju pada wabah ini, agar wabah ini segera berakhir, agar keluarga mereka diberi kesehatan dan keselamatan, dan agar mereka bisa kembali menjalani kehidupan ini dengan normal kembali.

Mari kita berbicara pada pengharapan kembali. Mungkin Tuhan sedang memberikan cobaan kepada kita. Kesabaran demi kesabaran yang sudah bersama dilalui, melalui tahapan-tahapan pembuatan kain tenun ini. Sekarang saatnya berdoa, menata hati kembali, membuat harapan baru lagi. Selain udan liris masih ada kluwung (yakni datangnya pelangi setelah hujan reda). Iya, pelangi akan datang, harapan baru akan datang kembali. Wabah ini akan segera selesai bersama datangnya pelangi. Tenun ini akan tetap ada. Kami membutuhkan harapan darimu. Doa harapan dari orang-orang yang terlatih sabar dan tulus.

Jussy Rizal, 04 Mei 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *